TUGAS 5 - ARTIKEL "REALITAS SOSIAL"

* Realitas sosial merupakan suatu peristiwa yang memang benar terjadi di tengah – tengah masyarakat. Sebagai contoh : Seorang pemulung yang mencari nafkah dengan mengorek sampah, pengemis di jalanan, WTS yang mencari nafkah demi untuk melanjutkan hidup. Itu semua adalah sebagian kecil hal yang terjadi di tengah masyarakat dewasa ini.

Pada hakekatnya, manusia diciptakan Tuhan saling berpasang-pasangan dalam hal ini menunjukan bahwa Manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bangsa inipun sangat menjunjung tinggi makna kebersamaan/gotong royong dalam bermasayarakat. Akan tetapi seiring berkembangnya peradaban kehidupan, Manusia sudah lagi tidak memperduliakan lingkungan sekitarnya. Keegoisan telah merasuk dalam diri masyarkat dewasa ini. Hal ini mungkin terjadi karena faktor ekonomi yang terjadi di Negara ini dan juga struktur sosial yang kacau. Karena Struktur sosial yang gagal akan menyebabkan terjadinya konflik dalam negara. Maka dari itu perlu adanya pembekalan ilmu agama dan sosial agar dapat menanggulangi struktur yang gagal tadi.

Karean bila kita perhatikan dan ditelaah ketika seseorang telah banyak belajar dan memperoleh ilmu serta wawasan yang luas, maka ilmu itu sendiri yang akan merubah suatu pola tingkah laku seseorang itu. Sebagai contoh ketika saya dalam perjalanan dan ternyata saya kehabisan bahan bakar, saya tidak menyangka kalau ada seseorang yang menawarkan bantuannya pada saya agar menggunakan bahan bakar milik motornya, Kesadaran sosila seperti inilah yang sekarang sangat jarang ditemukan di tengah masyarakat kita ini.

Seperti halnya dalam ajaran agama bahwa kita disuruh untuk saling menolong dalam kebaikan, maka realitas sosial keberagamaan juga sangat mendominasi roda kehidupan masyarakat berbangsa. Dalam ajaran agama kita diajarkan untuk saling bertoleransi antar sesama. Ketika seseorang telah memahami benar ajaran agama , maka dia juga seharusnya telah memahami akan kodratnya sebagai manusia sosial.

*Kondisi Sanitasi yang buruk menyebabkan Kerugian Negara sebesar 58 triliun per tahun untuk menutup biaya pengobatan,perawatan kesehatan, kematian bayi dan hilangnya waktu produktif.
 Artinya Berapapun pertumbuhan ekonomi yang dicapai angkanya harus diturunkan sebesar 2,3%  karena kebocoran yang tidak pernah tersentuh.

 Perilaku tidak sehat berkontribusi terhadap kematian 1,8 juta orang per tahun karena diare. Sebanyak 90 persen angka kematian akibat diareterjadi pada anak dibawah umur lima tahun (balita). Untuk Indonesia, menurut Survei Demografi tahun 2003, sekitar 19persen atau 100.000 anak balita meninggal karena diare.

Pada tahun 2008, tercatat 423 per 1000 anak balita terserang diare satu hinggadua kali dalam setahun. Padahal, menurut Badan Kesehatan dunia (WHO),94 persen kasus diare dapat dicegah dengan meningkatkan akses airbersih, sanitasi, perilaku higienis, dan pengolahan air minum skala
rumah tangga. 
By : http://grebegairindo.blogspot.com/2011/02/realitas-sosial-sekitar-kita.html

*Krisis Air Di Tambora  

Mushala Nurul Qalbin (Cahaya Hati) terletak di RT 12 RW 5 Kelurahan Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Di mushala yang dibangun tahun 1972 itu terdapat sumur sedalam 2 meter yang persediaan airnya stabil meski musim kering meradang.

Sebulan belakangan, sumur tersebut menjadi andalan 150 warga RT 11, 12, dan 13 RW 5 Jembatan Lima setelah jaringan air Palyja nyaris tak mengucur di rumah mereka.

”Sudah sebulan ini kami kesulitan air. Air keluar mulai pukul 02.30 sampai pukul 04.00. Padahal biaya berlangganan kami naik drastis selama tiga bulan terakhir ini. Biasanya sebulan hanya Rp 56.000, sekarang Rp 546.000,” kata Yohana, seorang warga. Rumahnya dihuni 27 jiwa.

Hal serupa dialami anggota Dewan Kota Jakarta Barat, Cecep Hidayat. ”Tiga bulan sebelumnya saya biasa bayar air sekitar Rp 500.000-Rp 600.000, tapi setelah itu rata-rata tagihan setiap bulan mencapai Rp 1 juta,” kata Cecep sambil menunjukkan beberapa lembar bukti pembayaran, seperti halnya Yohana.

Dayat, warga lain mengaku, setiap pekan harus membeli air seharga Rp 100.000 dari kawasan Pekojan, Jakarta Barat.

Camat Tambora Isnawa Aji dan wakilnya, Ali Maulana, juga mengeluh. Menurut mereka, gara-gara air Palyja tidak lagi mengucur, bak-bak air di peturasan kantor kecamatan kosong sehingga mengakibatkan bau tidak sedap. Tanaman hias di sekitar kantor pun layu.

”Karena mulai jadi bahan cemoohan warga, akhirnya kami membeli air untuk menyiram tanaman dan membersihkan peturasan,” ucap Ali Maulana.

Hal senada disampaikan Lurah Jembatan Lima Hasanudin yang ditemui di mushala. ”Kami harus berhemat air untuk peturasan. Saya bahkan menyarankan para pegawai sebaiknya buang air di luar kantor,” kata Hasanudin.

Haji Tatang, pengelola mushala, khawatir jika kekeringan makin meluas tidak mustahil terjadi gesekan antarwarga karena berebut air. ”Sekarang saja kalau tidak pandai-pandai membuat jadwal mengisi air dengan adil, pengurus mushala bisa kena semprot warga,” kata Tatang.

Humas Palyja, Meyritha, mengakui kondisi ini. ”Suplai air dari Bendungan Jatiluhur menurun sekitar 15 persen. Demikian pula tekanan air. Pelanggan yang tinggal di ujung atau di wilayah berkontur tinggi seperti di kawasan Kecamatan Tambora sulit menerima kucuran air,” tutur Meyritha.

Meski demikian, Palyja akan berusaha mengatasi kasus yang terjadi di Tambora. (WINDORO ADI)
 

By : http://networkedblogs.com/zGFn7
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar